Monday, March 21, 2011

Motivasi dan Aksi Nyata

Ketika masih kuliah, beberapa rekan dari satu produk MLM terus-terusan mendekati saya untuk bergabung dengan MLM mereka. Salah satu kewajiban jika bergabung adalah mengikuti seminar motivasi dimana saya harus membayar sejumlah uang yang mereka sebut 'investasi'. Namun mereka tidak berhasil. Tidak putus asa, mereka kembali dengan upline nya untuk memotivasi saya masuk ke MLM tersebut. Gagal. Mereka bawa lagi upline dua level diatasnya. Gagal lagi. Upline level ke tiga bersedia membayari saya untuk ikut seminar motivasi, dan saya dapat mengembalikan uangnya nanti. Harapanya tentu supaya saya tertarik masuk MLM tersebut. Gagal total. Alasan saya tidak mau ikut seminarnya begini 'sebenarnya saya ada uang, tapi tidak ada anggaran untuk ke seminar tersebut'.

Intinya begini, saya tidak ada anggaran khusus untuk mendapatkan motivasi dari motivator di seminar. Untuk mendapatkan motivasi, saya masih belum merasa perlu menghadiri seminar khusus, mendengarkan chanel motivasi di radio, atau menonton para motivator di TV. Tukang becak yang mensyukuri kehidupanya dengan penghasilan minim, pemulung yang merangkap mahasiswa, orang cacat yang berprestasi dll... merekalah motivator saya. Mereka tidak menasehati, hanya memberikan aksi nyata.

Bukan artinya saya memandang rendah para motivator. Saya salut dengan mereka. Walaupun tidak menghadiri seminarnya atau tidak menyediakan waktu khusus menonton / mendengar program mereka, saya baca biografi para motivator-motivator Indonesia. Kebanyakan mulai dari bawah, mencapai satu posisi tinggi, kemudian rela melepaskan posisi tersebut untuk menjadi motivator. Cuma itu tadi, saya belum merasa perlu menyediakan waktu, dana dan tenaga khusus untuk program mereka.

Bagi yang merasa perlu saya tidak melarang. Namun ada beberapa teman yang terbuai mendengarkan suara dari para motivator tersebut sampai-sampai lupa dengan tujuan para motivator tersebut. Menurut saya, tujuan para motivator tersebut yang pertama adalah 'perubahan': dari yang lesu jadi bersemangat. Kemudian apa? setelah bersemangat orang tersebut jadi lebih produktif. Ini tentu tidak bisa dicapai dengan terus-terusan mendengarkan motivasi, sampai lupa dengan aksi nyata. Padahal aksi nyata inilah yang sebenarnya dibutuhkan.



Dalam Islam Allah menjanjikan bahwa nasib satu kaum akan berubah hanya jika mereka sendiri yang merubahnya. Ini saya rasa berlaku universal pada setiap agama. Tidak akan maju jika semua menghabiskan waktu berdoa tanpa berusaha. Usaha ini yang berbeda pada tiap orang. Ada yang produktif menulis, berbicara, riset, aksi fisik dll. Tentu saja yang positif yang dimaksudkan disini.



Mendengarkan motivasi seperti minum obat. Kalau kita lihat label obat akan ada narasi kira2 seperti ini. 'Dengarkanlah motivasi, bila perlu! Mendengarkan motivasi dapat menyebabkan...bla..bla...bla...'. Ambilah yang positif, hindari yang negatif. Setelah mendengarkan jangan lupa dengan tindak nyatany. Perlu dicatat juga, bahwa motivator bukan hanya orang yang mendapat predikat tersebut. Motivator ada di sekitar kita: pedagang, imam, ilmuwan, dosen, pegawai dll, bisa jadi ANDA juga salah satunya!!!